Ada hubungan jangka panjang antara krisis ekonomi dan harga emas. Ketika ada ketidakpastian dalam perekonomian, investor cenderung beralih ke emas sebagai aset yang aman, yang menaikkan harganya. Selama resesi, semua hal memiliki nilai yang lebih rendah, mulai dari mata uang dan pasar saham, hingga properti. Pada saat resesi, uang biasanya ditarik dari investasi seperti saham dan obligasi, namun, uang itu sendiri juga kehilangan nilainya. Uang sendiri terbuat dari kertas dan kertas dapat dicetak. Masalahnya adalah hal ini dapat dengan cepat meningkatkan nilai setiap produk dan layanan, yang dikenal sebagai hiperinflasi.
Dengan terlalu banyak pencetakan uang, maka akan mengakibatkan hiperinflasi sementara masyarakat tidak mampu untuk membeli, bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan barang-barang pokoknya. Inilah sebabnya emas berkinerja baik dalam krisis, keterbatasan jumlah emas membuat nilainya lebih tinggi. Tidak seperti uang tunai, emas dapat mempertahankan nilainya. Kelangkaan dan sifat logam mulianya memiliki daya tarik yang bertahan lama. Pada akhir resesi, orang yang membeli emas kemungkinan besar telah mengurangi kerugiannya, atau bahkan menghasilkan uang.
Saat ini, investor berhati-hati untuk bertaruh pada aset berisiko karena krisis perbankan dan ketakutan akan resesi. Ini telah meningkatkan permintaan investasi untuk emas karena dianggap sebagai investasi yang relatif stabil dan aman.Rally harga yang tajam juga berhubungan dengan ketidakpastian tentang langkah kenaikan suku bunga Fed AS. Ada spekulasi bahwa krisis di sektor perbankan AS akan menahan Fed dari kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang biasanya mendukung aset berimbal hasil seperti emas.Namun, bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan terbaru, tetapi mengindikasikan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut dalam biaya pinjaman setelah jatuhnya ekonomi, baik di Eropa dan Amerika.
Mengikuti indikasi dari pasar luar negerinya, harga emas domestik melayang mendekati level tertinggi sepanjang masa. Dolar yang lebih kuat membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lain. Hal ini diperkuat dengan laporan keuangan final 2022 PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang dirilis pada tanggal 26 Maret 2023, perusahaan tambang logam milik negara, telah menggandakan kinerjanya sepanjang tahun 2022. ANTM membukukan laba bersih sebesar Rp 3,82 triliun selama tahun 2022, yang merupakan peningkatan signifikan sebesar 105% dari laba bersih Rp 1,86 triliun pada akhir periode 2021.
Ke depan, ketidakpastian yang sedang berlangsung dalam ekonomi global akan terus mendukung emas di pasar internasional. Mata uang AS yang lemah, ekuitas global yang tidak stabil, dan permintaan fisik yang kuat dari negara-negara konsumen teratas seperti China dan India juga membantu logam naik lebih tinggi dalam waktu dekat.